STOP Bertanya “Kapan Nikah?”

“Kapan Nikah?” sebenarnya pertanyan basa-basi, atau pertanyaan retorika yang sebenarnya jawabannya tidak penting bagi penanya. Namun bagi sebagian orang, terutama yang sudah dalam ambang umur ideal untuk menikah entah laki-laki atau perempuan pertanyaan “Kapan Nikah?” adalah pertanyaan “Haram!!”. Bagi golongan ini, pertanyaan itu susah untuk dijawab, bahkan lebih susah dari menjawab soal cerita matematika dalam bahasa Yunani kuno. Tidak jarang pertanyaan “Kapan Nikah?” kerap kali mengundang ketersinggungan, kegalauan dan sebagainya. Awalnya saya berpikir apakah pertanyaan retorika yang menyakitkan itu hanya berlaku untuk kami para jomblo atau single atau apalah kalian mengistilahkannya. Setelah melakukan penelitian kecil-kecilan (*halah kyak tesis aja!!) orang Indonesia memang payah dalam basa-basi, bahkan bisa dikategorikan basi sekali. Pasalnya kalaupun sudah menikah akan ada pertanyaan basi lain yang akan ditanyakan, seperti “Kapan punya anak?”, “Kapan punya cucu?”, Ya belum lah, anak aja belum punya udah ditanyain kapan punya cucu!!.

Kembali kepertanyaan “Kapan nikah?”, Pertanyaan ini kerap muncul dari teman, tetangga, di sosmed dan dimana-mana. orang-orang yang bertanya “Kapan Nikah?” sudah tidak tau kondisi, tempat, waktu dan sebagainya. Apakah kalian pernah mikir orang yang ditanya tidak tersinggung, tidak sakit hatinya, atau bahkan dia depresi lalu bunuh diri (*ah…geje). Tapi serius loh…Bayangkan misalnya orang yang kalian tanya kapan nikah? Itu adalah orang yang baru saja mengalami ditinggal calonnya yang sudah melamarnya, atau orang tua cewek atau cowoknya susah banget ditaklukan padahal mereka udah ‘klop’ pengen menikah, atau bisa jadi dia sudah siap melamar tapi orang tuanya tidak setuju dengan berbagai alasan terutrama kemapanan. Kebayang gak? Sakit men….!!! Kalian gak tau aja, dia yang kamu intimidasi dengan pertanyaan kapan nikah? Itu sudah cukup nyesek melihat teman-temannya yang sudah menikah, bahkan sudah menimang anak.

Siapa sih yang gak pengen nikah? Jangankan kami yang normal, yang lesbi dan yang homo saja pengen nikah kok. Tapi memang belum waktunya saja. Tidak jarang penanya ini berupaya menghibur tapi ujungnya intimidasi juga, misal  “kamu udah mapan, umur udah cukup..kenapa gak nikah-nikah? Ntar ketuaan lo. Ntar laki-laki/perempuan habis di dunia ini atau jangan sekolah tinggi-tinggi ntar laki-laki takut ngelamar” Helllow…memangnya kamu pikir di dunia ini yang penting cuma nikah aja? Kagak Keles!!

 “Tapi Bang…Nikah itu kan sunnah rosul”.

Iya kami juga tau kalo menikah adalah sunnah rosul, tapi kan bukan sunnah rosul satu-satunya. Kami juga tau kalo menikah itu bagian dari menyempurnakan agama. Asal kalian tau, beberapa orang punya prioritas yang kalian tidak tahu, sebagian orang sedang berjuang untuk menjadi suami yang baik bagi istrinya kelak dengan memantaskan diri dan bekerja yang layak supaya dapat menafkahi istrinya dengan baik.

“Sudah menikah saja, jangan tunggu mapan. Asal mau usaha, rezeki itu Allah yang ngatur”

Hey Kampret!! Memangnya jaman sekarang ada perempuan yang mau dilamar dengan cincin yang dibuat dari uang logam? Memangnya ada perempuan yang mau dilamar dengan baju besi seperti Ali bin Abi Thalib melamar Fatimah r.a.? Kalaupun ada, spesies macam itu sudah langka!!

Sudah lah, berhenti bertanya “Kapan Nikah?” apalagi dengan maksud ‘ngece’. Saya yakin semua orang mendambakan pernikahan yang bahagia. Kami bukannya tidak mau menikah, beberapa dari kami mempersiapkan diri untuk menjadi imam yang baik bagi keluarga kelak, menjadi pemimpin yang sholeh dalam keluarga, menata masa depan yang insyaallah baik. Karena kami paham untuk menjadi imam yang baik tidak hanya harus berpendidikan, taat agama, sholeh, tapi imam yang baik juga mampu menafkahi keluarganya dengan baik. Beberapa dari kami mempersiapkan diri menjadi istri yang layak, mencari ilmu sebagai bekal mendidik anak-anak kami kelak, kami menyiapkan diri untuk menjadi wanita-wanita sholehah dan cerdas. Karena kami paham “Al Ummu Madrosatul Ula”. Kami sadar bahwa jodoh kami kelak adalah cerminan dari kepribadian kami, makanya kami berusaha memantaskan diri sambil menunggu waktu dipertemukan dengan jodoh kami. So Stop nanya “Kapan Nikah?”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *